asss
Rabu, 29 Mei 2013
Selasa, 05 Juni 2012
Senin, 04 Juni 2012
Rabu, 11 April 2012
Tugas
HASIL FERMENTASI
RUMEN
Produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi
di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia di dalam rumen serta
menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Selain itu produksi gas
yang dihasilkan dari pakan yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan
tersebut (Ella et al., 1997).
Proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena
adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 –
7,0. Kondisi rumen yang anaerob, suhu rumen yang konstan dan adanya kontraksi
rumen dapat menyebabkan kontak antara enzim dan substrat menjadi meningkat dan
laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu
mempunyai isi (Darwis et al., 1990).
Salah satu metode invitro yaitu menggunakan teknik produksi
gas dimana metode ini mengukur produksi gas yang dihasilkan selama inkubasi
sampel. Pada prinsipnya teknik produksi gas merupakan jumlah gas yang
dihasilkan jika bahan pakan diinkubasi secara invitro dengan cairan rumen.
Produksi gas mempunyai hubungan erat dengan nilai kecernaan suatu bahan pakan ternak
ruminansia (Nuswantura, 2000)
Proses fermentasi di dalam rumen merupakan hasil dari
aktifitas mekanik dan biologi yang mengubah komponen pakan menjadi bentuk yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak seperti Volatile Fatty Acids (VFA), dan protein
mikrobia (Church, 1988).Penetapan degradasi secara invitro adalah metode
laboratorium yang prinsipnya meniru sistem pencernaan pada ruminansia yaitu
dengan menginkubasikan sampel pakan ke dalam cairan rumen dan ditambahkan
larutan buffer yang telah disiapkan dan proses tersebut berjalan secara
anaerob. Tahap berikutnya adalah mengasamkan sampel dengan penambahan HCl yang
kemudian sampel akan mengalami proses hidrolisis protein tercerna dengan pepsin
selama 48 jam (Tillmanet al., 1998).
Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan
komponen-komponen dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme
mikroba anaerob (Muchtadi et al.,1992). Metode pengukuran gas invitro
dapat untuk mengestimasi besarnya nilai degradasi bahan pakan yaitu relasi fraksi
yang mudah larut, nilai fraksi yang potensial terdegradasi dan laju degradasi
fraksi pakan. Teknik prouduksi gas fermentasi dikembangkan untuk mencari
hubungan antara profil produksi gas suatu feed intake, kecepatan pertumbuhan
(Jessop dan Nerreru, 1996).
Penambahan bahan campuran buffer pada pakan dilakukan dengan
tujuan untuk mengontrol Ph rumen sehingga fermentasi bisa berjalan normal pada
ternak dengan pakan konsentrat (SO7), sehingga bisa terhindar dari metabolisme
yang tidak dikehendaki seperti acidosis, sindrom rendah lemak (Neve,
1991). Komponen buffer yang biasa digunakan adalah NaHCO3, Na2CO3, MSO (Van
Nevel, 1991).
Mikrobia rumen sangat membutuhkan nitrogen untuk
kelangsungan hidup serta meakukan aktifitas normal. Sekitar 80% kebutuhan
mikrobia rumen akan N2diperolah melalui gas amonia. Pada ternak yang diberi
pakan basa rendah kandungan N2 sebagian besar sumber amonia diperoleh dari
daur ulang metabolisme nitrogen melalui saliva. Kadar amonia cairan rumen
memegang peranan penting bagi kehidupan (Stanbury, 1984).
Pertumbuhan mikrobia dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
nutrisi (Nester et al., 1983). Faktor lingkungan meliputi temperatur, Ph,
udara, dan tekanan osmotik. Semua bentuk karbohidrat yang ada dalam bahan pakan
yang diberikan pada ternak ruminansia akan mengalami degradasi ke arah yang
lebih sederhana atau menjadi unit-unit yang lebih kecil karena adanya mikrobia
rumen dan akan menghasilkan Vollatile Fatty Acid (VFA) dan gas yang
terdiri dari CO2, CH4, dan sedikit H2. Semakin banyak karbohidrat yang mudah
terfermentasi oleh mikrobia rumen maka akan meningkatkan produksi gasnya.
Sekitar 40% dari volume gas yang dihasilkan dari fermentasi terdiri dari CO2 dan
CH4 (Blummer dan Orskov, 1993)
Kebutuhan asam amino pada ternak ruminansia untuk hidup dan
produksi dapat dipenuhi dan ketersediaan asam amino di usus halus, dapat
berasal dari mikrobia dan protein endogen. Protein pakan yang masuk ke dalam
rumen sebagian terdegradasi kemudian mengalami proteolisis oleh bakteri dan
mangalami deaminasi yang menghasilkan NH3. Jika konsentrasi amonia terhambat
akibatnya nilai degradasi akan menurun( Soedono et al., 1985)
PENANGAN KEMBUNG
Kembung atau Bloat atau Tympani pada ternak terjadi karena
adanya timbunan gas yang berlebihan sehingga rumen ternak menggembung.
Penggembungan terjadi karena esophagus mengalam sumbatan sehingga menghambat
pengeluaran gas dalam perut. Gas yang terbentuk adalah karbondioksida (C02) dan
gas metana (CH4). Gas ini membentuk buih/busa yang sulit dikeluarkan. Kembung
rumen merupakan penyakit ekonomis yang sering terjadi dan dapat menyebabkan
kematian pada kambing dan domba .
Ada dua faktor penyebab penyakit kembung pada ternak yaitu
pakan dan hewan itu sendiri. Faktor pakan pada umumnya terjadi karena cara dan
pola pemberian pakan yang tidak tepat. Tanaman leguminosae sering mengakibatkan
kembung juga biji-bijian yang digiling sampai halus lebih sering menimbulkan
gangguan daripada yang diberikan secara utuh. Kenapa demikian? karena tanaman
atau biji-bijian tersebut jika dicerna berpotensi membentuk gas, dan jika
bercampur ingesta akan membentuk buih/busa di dalam rumen. Jumlah imbangan
konsentrat dan hijauan yang cenderung lebih banyak konsentrat juga
mengakibatkan kembung.
Faktor penyebab lainnya adalah tanaman muda atau tanaman
yang dipanen sebelum berbunga atau sesudah turunnya hujan, serta tanaman yang
menghasilkan getah atau bahan yang mudah menimbulkan busa dalam rumen. Faktor
keturunan diduga turut berpengaruh terhadap kepekaan penyakit ini.
GEJALA PENYAKIT
1. Perut sebelah kiri membesar dan cukup keras, bila ditepuk seperti suara kendang;
2. Ternak gelisah dan merasa tidak nyaman;
3. Sulit bernafas atau bernafas melalui mulut;
4. Air liur kental dan berbusa;
5. Hewan berhenti makan atau mengunyah;
6. Sering kencing dan mengejan;
7. Pada kasus berat tidak bisa berdiri dan akhirnya mati.
1. Perut sebelah kiri membesar dan cukup keras, bila ditepuk seperti suara kendang;
2. Ternak gelisah dan merasa tidak nyaman;
3. Sulit bernafas atau bernafas melalui mulut;
4. Air liur kental dan berbusa;
5. Hewan berhenti makan atau mengunyah;
6. Sering kencing dan mengejan;
7. Pada kasus berat tidak bisa berdiri dan akhirnya mati.
PENCEGAHAN
1. Berikan pakan hijauan yang sudah dilayukan, minimal dibiarkan semalaman. Paparkan hijauan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam;
2. Jangan menggembalakan ternak pada pagi hari atau ketika rumput masih basah, tunggu sampai embun menguap;
3. Amati ternak jika terjadi kembung minimal 2 jam setelah diumbar/digembalakan;
4. Berikan hijauan dalam bentuk kasar, tidak dicacah kecil agar mikrobial mencerna pakan sehingga meininimalkan terjadinya kembung;
5. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang paling baik adalah sedikit demi sedikit tetapi sering;
6. Beberapa ternak sering mengalami kembung yang kronis, kemungkinan faktor genetis. Untuk kasus seperti ini ternak bisa dipertimbangkan diafkir saja.
1. Berikan pakan hijauan yang sudah dilayukan, minimal dibiarkan semalaman. Paparkan hijauan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam;
2. Jangan menggembalakan ternak pada pagi hari atau ketika rumput masih basah, tunggu sampai embun menguap;
3. Amati ternak jika terjadi kembung minimal 2 jam setelah diumbar/digembalakan;
4. Berikan hijauan dalam bentuk kasar, tidak dicacah kecil agar mikrobial mencerna pakan sehingga meininimalkan terjadinya kembung;
5. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang paling baik adalah sedikit demi sedikit tetapi sering;
6. Beberapa ternak sering mengalami kembung yang kronis, kemungkinan faktor genetis. Untuk kasus seperti ini ternak bisa dipertimbangkan diafkir saja.
PENGOBATAN
Jika kembung tidak terlalu parah pertolongan pertama dapat
dilakukan dengan obat tradisional.
1. Berikan emulsi/campuran air hangat dengan minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 200-250 ml;
2. Berikan 150-300 ml cuka hangat untuk sapi dewasa;
3. Berikan 200 ml minyak jarak pada ternak dewasa, dan lakukan sekali saja;
4. Berikan campuran jahe, adas, dan getah kaca piring sebanyak 300 ml. Berikan sehari sekali;
5. Berikan perasan daun sembukan ( Paederia scandens) sebanyak 200-300 ml.
1. Berikan emulsi/campuran air hangat dengan minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 200-250 ml;
2. Berikan 150-300 ml cuka hangat untuk sapi dewasa;
3. Berikan 200 ml minyak jarak pada ternak dewasa, dan lakukan sekali saja;
4. Berikan campuran jahe, adas, dan getah kaca piring sebanyak 300 ml. Berikan sehari sekali;
5. Berikan perasan daun sembukan ( Paederia scandens) sebanyak 200-300 ml.
Pengobatan tersebut dapat dikombinasi dengan exercise dan
menekan-nekan perut yang kembung guna mempercepat pengeluaran gas. Pengobatan
dapat juga dilakukan dengan kombinasi memasukkan pelepah daun pepaya melalui
anus untuk mempermudah pengeluaran gas. Selama pengobatan ternak harus dalam
posisi berdiri.
Beberapa obat medisinal berikut perlu dipertimbangkan untuk
diberikan, yaitu:
pulvus veratri albi 10-25 g 3 kali/hari, oleum terebinthinae 25-50 ml. Sedangkan obat paten Atympanica, Therabloat dan Polaxone dengan dosis 100mg/kg berat badan dapat diberikan pada kambing dan domba. Untuk menaikkan tegangan muka dapat diberikan sediaan silikon seperti Simethicon atau Dimethicon. Alternatif terakhir yang dapat digunakan adalah Throkard untuk mengeluarkan gas dan mengurangi tekanan pada daerah rumen yang menggembung. Untuk mencegah infeksi pada penanganan ini, berikan antibiotik pada ternak.
pulvus veratri albi 10-25 g 3 kali/hari, oleum terebinthinae 25-50 ml. Sedangkan obat paten Atympanica, Therabloat dan Polaxone dengan dosis 100mg/kg berat badan dapat diberikan pada kambing dan domba. Untuk menaikkan tegangan muka dapat diberikan sediaan silikon seperti Simethicon atau Dimethicon. Alternatif terakhir yang dapat digunakan adalah Throkard untuk mengeluarkan gas dan mengurangi tekanan pada daerah rumen yang menggembung. Untuk mencegah infeksi pada penanganan ini, berikan antibiotik pada ternak.
PENYAKIT PADA
FORESTOMACH
Proventricular Dialation Penyakit
Dilatasi penyakit Proventricular (PDD) adalah salah satu
penyakit burung yang dikenal paling membingungkan. Ini biasanya mempengaruhi
burung beo, hookbills, kakaktua dan memunculkan. Disebabkan oleh virus
menghancurkan pasokan saraf ke forestomach (proventrikulus), PDD membuat
mustahil bagi burung untuk benar mencerna makanan. Gejala umum termasuk berat
badan, muntah dan tanaman bengkak.
Jumat, 06 April 2012
Jumat, 16 Desember 2011
Jumat, 02 Desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)