Rabu, 11 April 2012

Tugas


HASIL FERMENTASI RUMEN
Produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia di dalam rumen serta menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Selain itu produksi gas yang dihasilkan dari pakan yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan tersebut (Ella et al., 1997).
Proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 – 7,0. Kondisi rumen yang anaerob, suhu rumen yang konstan dan adanya kontraksi rumen dapat menyebabkan kontak antara enzim dan substrat menjadi meningkat dan laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu mempunyai isi (Darwis et al., 1990).
Salah satu metode invitro yaitu menggunakan teknik produksi gas dimana metode ini mengukur produksi gas yang dihasilkan selama inkubasi sampel. Pada prinsipnya teknik produksi gas merupakan jumlah gas yang dihasilkan jika bahan pakan diinkubasi secara invitro dengan cairan rumen. Produksi gas mempunyai hubungan erat dengan nilai kecernaan suatu bahan pakan ternak ruminansia (Nuswantura, 2000)
Proses fermentasi di dalam rumen merupakan hasil dari aktifitas mekanik dan biologi yang mengubah komponen pakan menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh ternak seperti Volatile Fatty Acids (VFA), dan protein mikrobia (Church, 1988).Penetapan degradasi secara invitro adalah metode laboratorium yang prinsipnya meniru sistem pencernaan pada ruminansia yaitu dengan menginkubasikan sampel pakan ke dalam cairan rumen dan ditambahkan larutan buffer yang telah disiapkan dan proses tersebut berjalan secara anaerob. Tahap berikutnya adalah mengasamkan sampel dengan penambahan HCl yang kemudian sampel akan mengalami proses hidrolisis protein tercerna dengan pepsin selama 48 jam (Tillmanet al., 1998).
Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponen-komponen dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba anaerob (Muchtadi et al.,1992). Metode pengukuran gas invitro dapat untuk mengestimasi besarnya nilai degradasi bahan pakan yaitu relasi fraksi yang mudah larut, nilai fraksi yang potensial terdegradasi dan laju degradasi fraksi pakan. Teknik prouduksi gas fermentasi dikembangkan untuk mencari hubungan antara profil produksi gas suatu feed intake, kecepatan pertumbuhan (Jessop dan Nerreru, 1996).
Penambahan bahan campuran buffer pada pakan dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol Ph rumen sehingga fermentasi bisa berjalan normal pada ternak dengan pakan konsentrat (SO7), sehingga bisa terhindar dari metabolisme yang tidak dikehendaki seperti acidosis, sindrom rendah lemak (Neve, 1991). Komponen buffer yang biasa digunakan adalah NaHCO3, Na2CO3, MSO (Van Nevel, 1991).
Mikrobia rumen sangat membutuhkan nitrogen untuk kelangsungan hidup serta meakukan aktifitas normal. Sekitar  80% kebutuhan mikrobia rumen akan N2diperolah melalui gas amonia. Pada ternak yang diberi pakan basa rendah kandungan N2 sebagian besar sumber amonia diperoleh dari daur ulang metabolisme nitrogen melalui saliva. Kadar amonia cairan rumen memegang peranan penting bagi kehidupan (Stanbury, 1984).

Pertumbuhan mikrobia dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan nutrisi (Nester et al., 1983). Faktor lingkungan meliputi temperatur, Ph, udara, dan tekanan osmotik. Semua bentuk karbohidrat yang ada dalam bahan pakan yang diberikan pada ternak ruminansia akan mengalami degradasi ke arah yang lebih sederhana atau menjadi unit-unit yang lebih kecil karena adanya mikrobia rumen dan akan menghasilkan Vollatile Fatty Acid (VFA) dan gas yang terdiri dari CO2, CH4, dan sedikit H2. Semakin banyak karbohidrat yang mudah terfermentasi oleh mikrobia rumen maka akan meningkatkan produksi gasnya. Sekitar 40% dari volume gas yang dihasilkan dari fermentasi terdiri dari CO2 dan CH4 (Blummer dan Orskov, 1993)
Kebutuhan asam amino pada ternak ruminansia untuk hidup dan produksi dapat dipenuhi dan ketersediaan asam amino di usus halus, dapat berasal dari mikrobia dan protein endogen. Protein pakan yang masuk ke dalam rumen sebagian terdegradasi kemudian mengalami proteolisis oleh bakteri dan mangalami deaminasi yang menghasilkan NH3. Jika konsentrasi amonia terhambat akibatnya nilai degradasi akan menurun( Soedono et al., 1985)

PENANGAN KEMBUNG
Kembung atau Bloat atau Tympani pada ternak terjadi karena adanya timbunan gas yang berlebihan sehingga rumen ternak menggembung. Penggembungan terjadi karena esophagus mengalam sumbatan sehingga menghambat pengeluaran gas dalam perut. Gas yang terbentuk adalah karbondioksida (C02) dan gas metana (CH4). Gas ini membentuk buih/busa yang sulit dikeluarkan. Kembung rumen merupakan penyakit ekonomis yang sering terjadi dan dapat menyebabkan kematian pada kambing dan domba .
Ada dua faktor penyebab penyakit kembung pada ternak yaitu pakan dan hewan itu sendiri. Faktor pakan pada umumnya terjadi karena cara dan pola pemberian pakan yang tidak tepat. Tanaman leguminosae sering mengakibatkan kembung juga biji-bijian yang digiling sampai halus lebih sering menimbulkan gangguan daripada yang diberikan secara utuh. Kenapa demikian? karena tanaman atau biji-bijian tersebut jika dicerna berpotensi membentuk gas, dan jika bercampur ingesta akan membentuk buih/busa di dalam rumen. Jumlah imbangan konsentrat dan hijauan yang cenderung lebih banyak konsentrat juga mengakibatkan kembung.
Faktor penyebab lainnya adalah tanaman muda atau tanaman yang dipanen sebelum berbunga atau sesudah turunnya hujan, serta tanaman yang menghasilkan getah atau bahan yang mudah menimbulkan busa dalam rumen. Faktor keturunan diduga turut berpengaruh terhadap kepekaan penyakit ini.
GEJALA PENYAKIT
1.    Perut sebelah kiri membesar dan cukup keras, bila ditepuk seperti suara kendang;
2.    Ternak gelisah dan merasa tidak nyaman;
3.    Sulit bernafas atau bernafas melalui mulut;
4.    Air liur kental dan berbusa;
5.    Hewan berhenti makan atau mengunyah;
6.    Sering kencing dan mengejan;
7.    Pada kasus berat tidak bisa berdiri dan akhirnya mati.
PENCEGAHAN
1.    Berikan pakan hijauan yang sudah dilayukan, minimal dibiarkan semalaman. Paparkan hijauan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam;
2.    Jangan menggembalakan ternak pada pagi hari atau ketika rumput masih basah, tunggu sampai embun menguap;
3.    Amati ternak jika terjadi kembung minimal 2 jam setelah diumbar/digembalakan;
4.    Berikan hijauan dalam bentuk kasar, tidak dicacah kecil agar mikrobial mencerna pakan sehingga meininimalkan terjadinya kembung;
5.    Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang paling baik adalah sedikit demi sedikit tetapi sering;
6.    Beberapa ternak sering mengalami kembung yang kronis, kemungkinan faktor genetis. Untuk kasus seperti ini ternak bisa dipertimbangkan diafkir saja.
PENGOBATAN
Jika kembung tidak terlalu parah pertolongan pertama dapat dilakukan dengan obat tradisional.
1.    Berikan emulsi/campuran air hangat dengan minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 200-250 ml;
2.    Berikan 150-300 ml cuka hangat untuk sapi dewasa;
3.    Berikan 200 ml minyak jarak pada ternak dewasa, dan lakukan sekali saja;
4.    Berikan campuran jahe, adas, dan getah kaca piring sebanyak 300 ml. Berikan sehari sekali;
5.    Berikan perasan daun sembukan ( Paederia scandens) sebanyak 200-300 ml.
Pengobatan tersebut dapat dikombinasi dengan exercise dan menekan-nekan perut yang kembung guna mempercepat pengeluaran gas. Pengobatan dapat juga dilakukan dengan kombinasi memasukkan pelepah daun pepaya melalui anus untuk mempermudah pengeluaran gas. Selama pengobatan ternak harus dalam posisi berdiri.
Beberapa obat medisinal berikut perlu dipertimbangkan untuk diberikan, yaitu:
pulvus veratri albi 10-25 g 3 kali/hari, oleum terebinthinae 25-50 ml. Sedangkan obat paten Atympanica, Therabloat dan Polaxone dengan dosis 100mg/kg berat badan dapat diberikan pada kambing dan domba. Untuk menaikkan tegangan muka dapat diberikan sediaan silikon seperti Simethicon atau Dimethicon. Alternatif terakhir yang dapat digunakan adalah Throkard untuk mengeluarkan gas dan mengurangi tekanan pada daerah rumen yang menggembung. Untuk mencegah infeksi pada penanganan ini, berikan antibiotik pada ternak.

PENYAKIT PADA FORESTOMACH
Proventricular Dialation Penyakit
Dilatasi penyakit Proventricular (PDD) adalah salah satu penyakit burung yang dikenal paling membingungkan. Ini biasanya mempengaruhi burung beo, hookbills, kakaktua dan memunculkan. Disebabkan oleh virus menghancurkan pasokan saraf ke forestomach (proventrikulus), PDD membuat mustahil bagi burung untuk benar mencerna makanan. Gejala umum termasuk berat badan, muntah dan tanaman bengkak.